Dan aku pun terpesona saat melihatmu dibalik daun. Terlihat indah saat jauh dan lebih indah ketika terlihat lebih dekat.
Aku hidup di tengah pasar kumuh, di antara para ibu-ibu penjual ikan, daging, sayur dan buah hingga penjual celana dalam dan BH. Aku mengenal bau amis, bau anyir hingga bau busuk comberan dari selokan yang tersumbat. Ucapan sumpah serapah dari ibu-ibu penjual yang mencaci maki pembeli karena tidak jadi membeli menjadikanku kebal untuk masalah sakit hati. Seluruh panca indraku sudah mati rasa untuk merasakan bahwa semua itu tidak pantas untuk seorang anak kecil yang seharusnya membutuhkan tempat hidup yang lebih layak. Tapi jujur saja aku senang dengan suasana tersebut. Jangan heran dan bilang aku tidak waras karena senang hidup ditempat yang layak untuk tikus tersebut. Usia 8 tahun aku sudah berpenghasilan 10 ribu per hari dari hasil mengangkut barang belanjaan dan barang dagangan di pasar. 10 ribu dari hasil keringatku sendiri.
Hingga usia 10 tahun, aku tidak mengenal abjad abc-z. aku hanya tahu apa itu uang Rp.1.000, Rp. 10.000, Rp. 50.000 dan Rp.100.000. Aku hanya tahu bagaimana aku bisa makan dengan menukarkan lembaran tersebut, aku kenyang dan aku senang. Meski bapakku menyuruhku sekolah, aku tetap saja lebih memilih mencari uang di pasar untuk tambahan makan adik-adikku. Maklum saja, adikku ada 12 orang dan aku yang nomer 2 dengan selisih umur tidak sampai satu tahun. Aneh ya? masak ibunya lahir 5 bulan sekali. Tidak usah bingung, karena memang semua saudaraku adalah anak angkat, atau lebih tepanya anak buangan. Kecuali kakakku yaitu saudara nomer 1 dan 2 adalah anak kandung bapak angkatku. Aku juga tidak tahu siapa bapak ibuku sebenarnya. Jadi santai saja ya boz, aku bukan siapa-siapa.. Aku tidak mengeluh dengan kondisi ini, aku sangat senang bisa mempunyai banyak saudara yang aneh-aneh, bapak dan ibu angkat yang selalu menjaga dan mengingatkanku dengan kebaikan. Sebut saja bapak angkatku dengan Pak Kasim dan ibu angkatku dengan Bu Dar. Beliau berdua sehari-hari hanya berjualan ikan asin dan nasi pecel di pasar.
Meski aku tidak suka sekolah, tapi aku ingin adik-adikku sekolah. Aku ingin mereka lebih pintar dariku sehingga mereka bisa mengajarkan aku membaca dan menulis.
Meski aku tidak suka sekolah, tapi aku ingin adik-adikku sekolah. Aku ingin mereka lebih pintar dariku sehingga mereka bisa mengajarkan aku membaca dan menulis.
Posting Komentar